Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pantai Sife, Pantai Ayam yang Banyak Burung Australianya

Pantai Sife, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku.
Sumber : www.tanfari.com
Seperti ASN pada umumnya di daerah tercinta kami Maluku, seringkali kami ditugaskan untuk melakukan perjalanan Dinas hingga ke Kabupaten/Kota yang cukup jauh. Kali ini kami ditugaskan ke Kabupaten Kepulauan Tanimbar yang dulunya dikenal dengan Kabupaten Maluku Tenggara Barat, atau mungkin lebih familiar dengan ‘Saumlaki’, sebagai Ibu Kotanya.

Kabupaten ini mulai naik daun dan terdengar hingga ke mancanegara pasca ditemukannya Blok Migas terbesar di laut Arafura, Maluku. Bapak Presiden Jokowi pada 2016 lalu, memutuskan lokasi eksplorasi Blok Masela akan dilakukan di darat.

Selain potensi migasnya yang terkenal, adat istiadat dan kain tenunnya yang khas, Kabupaten Kepulauan Tanimbar juga menyimpan potensi wisata luar biasa yang belum terlalu terjamah. Salah satunya adalah Pantai Sife.

Kebetulan senior saya yang “gaul ^_^” memiliki teman disini dan mengajak kami untuk menikmati pemandangan alam dari Pantai Sife. Menurutnya pasir di Pantai Sife halus seperti terigu/tepung. (mungkin bisa digunakan untuk membuat adonan Roti :P )

Pantai Sife, terletak di pesisir selatan paling ujung pulau yamdena, termasuk wilayah Desa Olilit, Kecamatan Tanimbar Selatan, Kabupaten Kepulauan Tanimbar. Akses ke pantai ini hanya dapat ditempuh melalui jalur laut, menggunakan perahu motor nelayan desa setempat dengan harga sewa Rp. 500 rb (tergantung lobi ya, karena paket pulang pergi sampai ke Pantai Sambunyi juga), kurang lebih 1–1,5 jam dari Desa Olilit. Lamanya perjalanan juga tergantung dari cuaca, pasalnya pantai disini langsung menengadah ke laut lepas dengan ombak yang cukup besar.

Pesiapan di Pantai Desa Olilit
Sumber : www.tanfari.com

Sebelum berangkat, saya menyarankan untuk menyiapkan perbekalan karena tidak ada kedai es kelapa muda, rujak, softdrink, bakso bakar, gorengan, martabak, apalagi warung nasi padang di pantai terpencil ini. Sesuai petunjuk dari teman senior saya, kami memutuskan membawa air mineral, nasi bungkus, membeli ikan mentah, cabai, bawang, tomat, kecap, sejumput garam dan gula, tidak lupa micin. Kurang lebih sudah tau kan mau dibuat apa.

Perjalanan ke Pantai Sife, cukup berombak.
Sumber : www.tanfari.com
Mengarungi lautan, menerjang ombak, menerpa angin laut, dan bermandikan terik matahari (perahunya tanpa atap -_-). Sepanjang perjalanan menuju Pantai Sife, kita disuguhkan pemandangan jajaran karang-karang yang menyembul di laut, air laut yang jernih dan pandangan tembus hingga ke dasar laut yang dangkal. Terlihat juga burung pelikan australia yang sedang bermigrasi dan beristirahat di karang maupun berusaha mencari ikan di permukaan air.

Burung Pelikan Australia yang bermigrasi
Sumber : www.tanfari.com
Kata sife berasal dari bahasa setempat yang artinya “ayam”. Karena terdapat batu karang yang berbentuk seperti ayam saat memasuki Pantai Sife ini. Itulah kira-kira yang menyebabkan masyarakat setempat menamakannya dengan julukan Pantai Sife.

Deru mesin dari perahu motor perlahan mulai mengecil, jangkar besi dilempar menandakan kami akan segera berlabuh. Seiring dengan itu, kami akhirnya memasuki bibir pantai yang panjang melengkung, seluruhnya dihiasi pasir putih bersih, dikelilingi pulau karang dengan pepohonan yang menjulang. Saking tidak sabarnya saya langsung terjun ke air dan berenang menuju pantai.

Pemandangan memasuki Pantai Sife
Sumber : www.tanfari.com
Benar saja, seperti menggenggam tepung terigu, tekstur pasir di Pantai ini sangat halus dan putih bersih. Ketika menginjakan kaki di pasir yang sedikit basah, kaki saya terbenam oleh halusnya pasir tersebut. Saya baru pernah menemukan pasir pantai yang halus seperti ini. Bahkan jika dibandingkan dengan pasir Pantai Ngurbloat yang sudah terkenal seantero Indonesia, menurut saya pasir Pantai Sife lebih halus. Kebetulan saya juga sudah pernah ke Pantai Ngurbloat, Maluku Tenggara.


Pasir Pantai Sife, Selembut Tepung Terigu
Sumber : www.tanfari.com

Karena perjalanan yang cukup melelahkan, kami memutuskan untuk segera meramu perbekalan. Kami mengumpulkan kayu dan dedaunan kering untuk membuat api unggun yang akan digunakan untuk membakar ikan. (ingat! harus bertangungjawab ya jika menyalakan api).


Ikan Bakar ala Pantai Sife
Sumber : www.tanfari.com

Tenaga terisi kembali, siap-siap untuk berfoto mengabadikan momen indah, melepas penat dan berenang menikmati pemandangan alam yang asri lagi lestari. Menurut Bapak Nelayan, tak banyak yang berkunjung disini, selain karena letaknya yang jauh dengan perjalanan yang cukup ekstrim, kurangnya promosi dan perhatian terkait fasilitas penginapan/cottage menjadi salah satu faktor utamanya. Sangat disayangkan jika potensi yang luar biasa ini hanya dinikmati oleh para burung pelikan yang migrasi :D.

Semoga kedepannya ada perhatian dari Pemda setempat terkait objek wisata ini. Mungkin jika dipromosikan, ada investor yang berminat untuk berinvestasi memajukan potensi pariwisata tersembunyi nan eksotis Pantai Sife, sehingga mampu memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat pesisir Tanimbar, dan juga peningkatan Pendapatan Asli Daerah.



Posting Komentar untuk "Pantai Sife, Pantai Ayam yang Banyak Burung Australianya"