Sekali Mendayung, Sampai di Bromo
"Sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui", "Sambil kejar kerjaan, jangan lupa jalan-jalan..."kira-kira begitulah maknanya untuk menggambarkan perjalanan saya ditulisan ini 😆. Kebetulan kali ini kami ditugaskan kantor berangkat ke Kota Pahlawan. Alhamdulillah cuaca cukup bersahabat, menemani perjalanan kami hingga tiba di Kota Surabaya.
Disela-sela kegiatan kami di Surabaya, saya dan beberapa teman melakukan diskusi kecil. "Kemana kita kali ini?" "kebetulan di Surabaya, Ayo kita tamasya ke Bromo, sudah dekat... ada kenalan yang punya kontak travel ke Bromo, tinggal bayar, duduk diam, tamasya ke Bromo, pulang pergi!" Gas...!!!
Begitulah.... tidak afdol rasanya jika berkunjung ke suatu daerah, tanpa meluangkan waktu untuk bertamasya. Bergegas kami menghubungi travel untuk berkoordinasi terkait rencana kami ke Bromo.
(note : yang penting urusan kerjaan sudah selesai😄).
Kami memilih paket private yang dapat dipesan 1-2 hari sebelum perjalanan. Untuk paket perjalanan, 1 mobil berisi 5 orang (kebetulan kami berlima) dengan rincian penjemputan langsung di hotel tempat kami menginap di Kota Surabaya, perjalanan pulang pergi ke Bromo, naik mobil Jeep untuk menyusuri kawasan Bromo (Sunrise point, Kawah Bromo, Pasir berbisik dan Bukit Teletubies) tiket masuk, parkir, biaya supir dan bahan bakar dengan total Rp. 1.700.000,-. Tinggal dibagi 5 ya... untuk biaya yang harus dikeluarkan per orangnya.
Pkl. 23.30 WIB kami dijemput langsung di hotel. Mas Indra nama supirnya, dia membawa kami beranjak dari kemerlapnya Surabaya, menyusuri gelapnya malam, jalan berliku-liku dan juga tanjakan. Kami mengakses Bromo via Pasuruan. Sebenarnya ada 2 akses menuju Bromo dari Surabaya. yang pertama via Probolinggo, agak jauh namun jalurnya lebih landai. Kedua via Pasuruan, cenderung lebih cepat, namun melewati jalur yang berliku tajam, menanjak, dan menembus gelapnya hutan.
Menuju Bromo Via Pasuruan source : Tanfari.com |
Setelah kurang lebih 2 jam perjalanan, kami tiba di pemberhentian pertama/basecamp Bromo, letaknya di Desa Tosari, Pasuruan. Hawa dingin langsung menusuk kulit, sweater biasa yang kami bawa tidak mampu membendung dinginnya udara malam itu. Untung saja saat turun dari mobil, kami langsung diserbu para pedagang yang menjajakan perlengkapan seperti sarung tangan, kupluk, syal, bahkan ada juga tempat menyewakan jaket tebal untuk masuk ke kawasan Bromo. Harganya cukup bervariasi dan tergolong murah menurut saya pribadi. Sepasang sarung tangan, syal dan kupluk, saya beli dengan harga 75 ribu. Pokoknya pintar-pintar menawar jika belanja disini😅.
Waktu menunjukan Pkl. 01.30 WIB. Mas Indra mengatakan bahwa kita beristirahat di Tosari sembari menunggu mobil Jeep yang digunakan untuk masuk ke kawasan Bromo. Melawan rasa dingin dan kantuk yang menyengat, mata tertuju ke sebuah kios makanan, saya memutuskan menyeruput kopi hitam panas-panas, lumayan menghangatkan badan dan menambah energi untuk perjalanan selanjutnya. Disini juga dijajakan bakso malang, sarmento (sarimi dengan telor), dan juga makanan/minuman hangat lainnya.
Brem... mmmm.... brem....., gemuruh suara jeep mulai memenuhi area basecamp. Kami segera diantar pihak travel untuk naik ke mobil jeep. Oh iya, tolong diperhatikan , karena jeep yang digunakan kadang memiliki warna dan bentuk yang sama, di body jeep sengaja ditempelkan kertas yang berisikan nama rombongan atau nama travel agar menjadi patokan. Takutnya pas buru-buru buka pintu jeep, eh ko beda supir dan rombongan😅. Rata-rata jeep yang digunakan adalah Toyota Landcruiser dengan 3 gigi percepatan. Keberangkatan dari Desa Tosari ke area puncak Bromo kami tempuh Pkl. 03.00 WIB dengan waktu tempuh sekitar 30 menit perjalanan.
Menyusuri jalan aspal sempit dan menanjak disepanjang lereng yang gelap dan sempit, akhirnya kami tiba di area sunset point. Disana telah ramai para pengunjung yang telah tiba lebih dulu. Tenang saja, disini tersedia kios-kios yang menjajakan makanan dan minuman hangat, lengkap dengan WC dan Mushollah. Jadi jangan khawatir jika panggilan alam dan panggilan adzan tiba. Hanya saja airnya sedingin es, saya pribadi merasa keram disekujur tubuh ketika mengambil wudhu😱.
Banyak Mushola dan Toilet di Love Hill Bromo source : Tanfari.com
|
Jalur Tangga Love Hill source : Tanfari.com |
Berdasarkan informasi dari Mas-mas disini (Mas Ucup namanya), kalo ingin melihat pemandangan yang lebih bagus, kita bisa menyewa ojek (dengan harga Rp.100 Ribu sudah PP, diantar dan ditunggui sampe selesai lihat sunrise) untuk naik ke spot yang lebih tinggi. Sebenarnya bisa saja kita naik dengan menggunakan jeep, tetapi karena kita cukup terlambat tiba disini, supir jeep berdalih parkiran di spot bagian atas sudah penuh dan padat, kalaupun dipaksakan, maka kita harus berjalan lebih jauh untuk mengakses jeep, jadi lebih baik ditempuh dengan ojek. Sudah jauh-jauh sampai disini, pastilah kami ingin melihat pemandangan yang terbaik. Akhirnya kami memutuskan untuk naik ojek ke spot yang lebih bagus itu.
Tiba di spot dimaksud, kami lekas berjalan menyusuri setapak yang dihiasi dengan gapura bambu.
Di sepanjang area ini ternyata banyak juga kios-kios mini yang menjajakan makanan dan minuman hangat. Selain itu, banyak juga cenderamata khas Bromo berupa kaos, kerajianan tangan lokal dan gantungan kunci. Kalau merasa kedinginan boleh mampir di kios-kios yang menyalakan api unggun untuk sekadar menghangatkan tubuh.
Cukup padat pengunjung di area ini, jalan yang kami susur cukup licin karena lembab dan berlumut, dibatasi dengan pagar beton sederhana yang langsung berbatasan dengan tepi jurang. Anda perlu berhati-hati jangan sampai terpisah dengan rombongan, apalagi kalau membawa anak-anak, harus ekstra hati-hati.
|
Waktu yang dinanti akhirnya tiba, Masya Allah... rona memerah dan oranye mulai terpampang dari ufuk langit, perlahan keindahannya memudarkan pekatnya malam. Sungguh indah ciptaan-Mu Ya Rabb. Tak henti-hentinya saya berdecak kagum melihat seantero kawasan bromo dari ketinggian. Yap... 2.392 meter diatas permukaan laut dengan kontur bertautan diantara lembah dan ngarai dengan di kelilingi kaldera serta lautan pasir bak lukisan agung. Luas area ini kurang lebih sekitar 5.300 hektar. asap putih yang menyembul dan bergerak perlahan dari dalam kawah bromo menambahkan megahnya tempat wisata ini.
sunrise bromo mulai tampak merona source : Tanfari.com |
Pemandangan Bromo dari Sunrise Point source : Tanfari.com |
Setelah menikmati keindahan sunrise dan berusaha menangkap gambar yang estetis tentunya, kami melanjutkan perjalanan dengan jeep menuju ke area kawah bromo.
Menyusuri kawasan dengan jeep😃 source : Tanfari.com |
Selanjutnya pengunjung harus menaiki anak tangga) dengan menyusuri pasir dan perbukitan yang menanjak, hingga sampai pada tangga yang berjumlah 250 anak tangga menjulang tinggi disisi bagian kawah hingga kepuncak.
Tangga menjulang ke arah kawah Bromo source : Tanfari.com |
Kami beranjak ke spot lainnya yaitu pasir berbisik. Kawasan ini menjadi viral saat digunakan syuting salah satu film Indonesia dengan judul Pasir berbisik yang dibuat pada tahun 2001 silam. Film ini mengambil latar belakang kawasan padang pasir di Bromo. Bukan hanya karena pengaruh film, seringkali angin kencang berhembus dan menimbulkan suara seperti orang berbisik. Tak lupa berfoto di atas mobil jeep supaya keliahatan macho dengan latar perbukitan yang indah😎.
Yakin ga mau ke Bromo? Pasir Berbisik Bromo source : Tanfari.com |
Area Bukit teletubies yang hijau, Bromo source : Tanfari.com |
Perjalanan pulang dari Bromo, jalanan diselimuti kabut tebal source : Tanfari.com |
Sekian pengalaman saya, walau gak tidur seharian😓😰, pengalaman dan kesempatan ini takkan tergantikan dan sangat memuaskan. Jika anda ingin berwisata ke bromo, pastikan tubuh dalam kondisi sehat dan prima. Rencanakan perjalanan dan kebutuhan pribadi anda dengan baik, dan untuk pengalaman yang lebih baik, saran saya hindari berwisata di waktu weekend atau musim liburan, karena pastinya harga yang ditawarkan travel dapat lebih tinggi dan juga lebih padat pengunjung.
Berikut kontak travel yang dapat anda hubungi jika ingin berwisata ke Bromo :
Posting Komentar untuk "Sekali Mendayung, Sampai di Bromo"